Pelacur
ini, merupkan langganan dari orang-orang
berdasi. Pada akhirnya ia mati di tangan orang suruhan langganannya,
karena dia selalu menanyakan makna kalimat yang ia temukan di dalam kertas
lusuh saat perjalanan pulang. Kalimat itu adalah :
“Kau mencari Indonesia? Kau akan menemukannya di
gubuk-gubuk para pemulung, di atas tadahan tangan para pengemis, di dalam irama
rebana dan petikan gitar para pengamen yang meminta belas kasihan para tuan,
atau di tongkat-tongkat para tunanetra.
“Kau mencari Indonesia? Kau akan menemukannya
dalam perut rakyat yang meneriakkan kelaparan, dalam persekongkolan dan dalam
pelacuran politik dan ekonomi, dalam permainan politik dan uang, dalam
pertengkaran yang memalukan para wakil rakyat yang terhormat, dalam acungan
pistol dan tetakan parang para pembunuh. Atau di rumah-rumah, mobil-mobil, hotel-hotel,
vila-vila mewah para kaya. Juga di petak-petak kemiskinan dan kebatilan.
“Dalam sistem ekonomi yang bagaimana pelacur
tetap menjadi pelacur, babu tetap menjadi babu, maling tetap menjadi maling,
TKW tetap menghambakan diri kepada negeri asing. Atau dalam sistem politik yang
bagaimana pelacur politik tetap menjadi pelacur politik, pelacur ekonomi tetap
menjadi pelacur ekonomi, koruptor tetap menjadi koruptor, penipu tetap menjadi
penipu, para yang mempersetankan dosa, tetap mempersetankan dosa, para pedagang
perempuan tetap melakukan pekerjaan itu walau menghinakan perempuan sebagai
ibu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar