Adam dan Hawa yang Dipenjarakan Waktu
Hai, Adamku!
Apakah kita bertemu hari ini?
Sedang apa dan di manakah Engkau saat ini?
Ahhh, semua masih misteri bukan?
Kita masih menyelami labirin kehidupan masing-masing
Ada sang waktu yang menanti kita
Sampai akhirnya semua mozaik kehidupan telah menyatu
Sampailah pada satu ujung yang akan mengeluarkan kita dari labirin bersamaan…
Mulaiulah kita menapaki labirin baru, berdua, denganmu sampai akhir nanti
Itu aku Adam, yang begitu mendapatimu akan kusungging senyum pertanda ketulusan
Kamulah Adamku dan hanya satu Adam bagiku
Karena akulah perempuan yang mengemban prinsip teguh seorang Hawa
Satu Hawa hanya bagi satu Adam di waktu yang begitu mulia
Tidak ada masa uji coba dengan beragam Adam bagi seorang Hawa
Namun, seorang Hawa sepertiku dapat lengah bila tidak dikuatkan aqidah
Di labirin yang penuh dengan kelokan itu, bermunculan sosok yang memperkenalkan diri sebagai Adam
Mungkin itu Engkau Adam, ataupun Adam bagi Hawa lain
Aku pun mencari tahu apakah itu adalah dirimu, Adam…
Dan Tuhan kita menjawabnya dengan begitu sempurna
Alam pun berproses mengikuti keteguhan hati yang paling suci
Kisah kasih asmara sesaat itu seketika kandas
Ohh Adam, itu memang bukan Engkau….
Sungguh aku tak mampu berkisah dengan sosok yang ternyata bukan Adamku
Karena akulah Hawa yang tidak memperlakukan Adam milik Hawa lain, sebagaimana aku memperlakukan Adamku, INSYAALLAH!
Semua hanya untukmu seorang, Adamku
Takkan kubuat Engkau cemburu dengan Adam milik Hawa lain
Takkan kubuat Engkau kecewa pada takdir Tuhan yang telah menggariskanku sebagai Hawamu, INSYAALLAH!
Untuk itu aku hanya akan kugenggam tanganmu saja
Untuk itu kuteguhkan hatiku untuk terus bersabar menunggumu
Untuk itu tak akan kulirik Adam lain di tengah labirin kehidupanku
Adam, aku akan menjadi Hawa paling mulia bagimu
Adam, dan Kau akan menjadi imam paling mulia untuk Hawa sepertiku
Semua akan indah, saat kita bertemu nanti di ujung labirin masing-masing
Bukan, Adamku!
Pertemuan kita bukan karena dua telunjuk di kepala yang bentuknya menyerupai antena dan mengatasnamakan sebagai radar neptunus
Bukan, Adamku yang mulia…
Kita akan bertemu karena Allah..
Al-Quranlah
yang akan memberi petunjuk bagi kita menyelesaikan labirin
masing-masing sampai saatnya kita bertemu dan memasuki labirin kita
berdua
Di sanalah, Adamku
Saat telingamu menangkap lantunan kalimat suci
Saat itulah suaraku akan menuntunmu untuk menemukanku
Dan kusunggingkan senyum saat mendapati wajahmu yang kelelahan mencariku
Di sanalah, Adamku
Saat matamu menangkap peradaban kecil yang mendamaiakan
Di sanalah bocah-bocah kecil yang belum tergores tinta hitam zaman, tengah buncah tawanya dalam nada dan permainan
Di sana pula Engkau akan menemukanku tengah berbagi gelak tawa dengan bocah-bocah pewaris masa depan itu
Akan kuulurkan tanganku, Adam…
Kita
bergandengan, berbagi gelak tawa bocah yang akan kita ajarkan bagaimana
membumikan Alquran, bukan malah mengajarinya irama yang tak mengenal
batas usia
Hai, Adamku…
Di sini, akulah Hawa yang berdamai dengan gejolak diri dan bersabar menunggu waktu
Akulah Hawa yang mempersiapkan diri sampai akhirnya kita bertemu dengan begitu mulia..
Pertanyaan kecilku, kira-kira sedang di mana Engkau saat ini?
Sedang apa Engkau saat ini?
Adakah Engkau berduka?
Ohhhh esok, tak akan kubiarkan sekali pun Engkau berduka, Adam…
Apakah Engkau kini tengah menggandeng Hawa miliki Adam lain?
Ahhh tidak!!!
INSYAALLAH Adamku tidak seperti itu!
INSYAALLAH semua akan kubuktikan saat di ujung labirin nanti :)
Di tempat yang entah terpaut berapa jengkal jaraknya ini..
Di waktu yang masih memenjarakan pertemuan kita
Mari bersabar sembari mempersiapkan diri
Esok semua akan indah
Esok semua akan menjadi lebih mulia :)
*Untuk seorang Adam yang sabar kunanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar