Selasa, 01 Juli 2014

Sibbil Marukochan, S.Sos



            Kami memulai perkuliahan di Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan bersama-sama sejak Agustus 2010 silam. Tak terasa sudah empat tahun kami menjalani perkuliahan di bangku universitas tertua Indonesia. Suka duka menjadi bagian yang tak terlupakan di antara kami. Canda tawa memberi tambahan warna dalam menjalani proses perkuliahan yang 'luar biasa'.



         Di sini, adalah bangku yang membesarkan kami dengan mata kuliah yang hebatttt.  Sampai akhirnya, tanggal 26 Juni 2014 ini terjadi. Bisa dibilang ini adalah akhir, tetapi juga awal untuk sesuatu yang baru. Sibbil sidang! Satu persatu dari kami telah meletakkan satu anak tangga untuk mencapai 'posisi' yang lebih tinggi.


                                             Sibbil bersama Dosen Pembimbing Skripsinya.

                                  Dua orang di samping Sibbil, insyaAllah Juli 2014 sidang!!!!


           Dia adalah, Sibbil Marukochan, S.Sos. Dia adalah Sibbiling Binti Silibing, S.Sos. Dia adalah, Cibbil Cama Cigit Cama-Cama Cuka Cekali Cama Cambel, Ec.coc. Dia adalah Sarjana yang selalu ceria!!!! Orang mengenalnya dengan Shela Ceria (nama FB-nya).


Resa, 21 Tahun



            Perkenalkan, namanya Resa, sahabat baruku. Aku tahu ada manusia bernama Resa sejak kelas X SMA. Aku tahu namanya Resa sejak kelas X1 karena sahabatku sekelas dengannya di kelas IPA. Namun, aku baru benar-benar mengenalnya setelah lulus SMA. Kami baru bersahabat ketika aku masuk duduk di tahun ke-4 kuliahku. Pada akhirnya aku bisa bersahabat dengannya karena sahabat-sahabatku (Nine dan Bin) bersahabat dengannya. Bukan!!! AKu bisa bersahabat dengan Resa karena Resa adalah pribadi yang menyenangkan. Aku nyaman bercerita dan nongkrong berjam-jam sama Resa :))




             Resa, 18 Juni 2014 lalu usianya genap 21 tahun. Sebagai sahabatnya, kami pun menyambangi dia ketika weekend tiba. Kami membawakannya kue dengan lilin berbentuk angka 0. Kami membawakan sekotak kebahagiaan dan dia menerima samudra kebahagiaan atas waktu yang kami sediakan untuknya. Ceritanya, kami sama-sama memiliki kesibukan yang gila sehingga untuk berkumpul adalah moment yang mahal harganya.


        Kami menyebut diri kami dengan Geng para backpakeran pekok tak tahu adat! Aku berkerudung hijau. Ada Resa di sampingku yang insyaAllah sebentar lagi mengenakan kerudung. Lalu di sampingnya ada Bin dan Nine.





        Kesibukan membuat kami tak bisa selalu bersama. Kami baru bertemu sebulan atau dua bulan sekali. Kami memang mengagendakan bertemu sebulan sekali agarpersahabatan kami tetap abadi. Setiap kami berkumpul, masing-masing dari kami menceritakan progress, pencapaian, dan target selanjutnya dalam menggapai mimpi. Inilah bentuk saling memotivasi kami.


                        Any way, selamat u(i)lang tahun Mbah Resaaaaa. Semoga bisa memanfaatkan sisa umur dengan sebaik-baiknya. Semoga diberikan umur yang bermanfaat. Semoga berkah ya, 21 tahunnya. Semoga kita tetap bisa bersahabat dan tetap mampu meluangkan satu jam dalam sebulan untuk bertemu. :)


Ipus


Jumat, 20 Juni 2014

19 Juni 2014, Bersama Bapak di Puskesmas












          

19 Juni yang...... yang seperti ini


Kita selayaknya menghormati orang yang lebih tua, sebagaimana kita menghormati orang tua kita. Rasa cinta pada orang tua adalah alasan, kenapa kita harus menghormati orang yang lebih tua daripada kita, sekalipun kita tidak kenal. Iya, kita harus hormat pada mereka, untuk orang tua kita. Untuk orang tua kita. Dan untuk orang tua kita, kita juga diperkenankan untuk tidak hormat pada mereka, jika mereka tidak memperkeruh urusan orang tua kita.


 Hati anak mana yang tidak sakit, melihat bapaknya kluntang-kluntung kesana-kemari dipermainkan birokrasi yang tidak jelas di rumah sakit? Mana permainan birokrasi itu pun dibungkus dalam wajah yang sama sekali tidak ramah. Dan di atas wajah mereka yang sama sekali tidak ramah, terpasang wajah bapak saya yang memelas karena menahan sakit.


Mungkin untuk saat ini, Tuhan membenarkan langkah saya untuk menggertak mereka. Iya, kulakukan itu. Pada akhirnya emosiku tidak terkontrol. Kugertak mereka di meja pendaftaran sampai akhirnya mereka menuntun kami ke ruang IGD. Ibu-ibu yang kutatap dengan mata membesar dan wajah garang, yang awalnya tadi tidak ramah, justru tatapannya kini menjadi lebih melembut. Mungkin mereka paham, inilah bukti rasa cinta anak pada bapaknya. Aku yakin, tatapannya yang mengatakan bahwa ia trenyuh melihatku bertindak demikian, meski aku menggertaknya dengan kasar dan tanpa hormat. Lalu, mereka berdua yang berada di meja pendaftaran menuntun kami, sampai akhirnya kami dilayani di ruang IGD.



Tapi derita tidak berakhir di sini saja. Emosiku kembali tersulut. Di IGD, setelah untuk ke sekian kalinya kami dipontang-pantingkan, kutatap bapak-bapak yang sudah lumayan sepuh dengan wajah tak bersahabat dan ucapan yang penuh dengan demo penekanan. Ahhhh, aku masih ingat, saat itu ada mbak-mbak yang menatapku aneh. Biar saja! Emang dia juga mau, bapaknya  yang lagi sakit diperlakukan kurang ramah di Puskesmas? Enggak kan? Makanya, udah, situ kerja jangan yang bener aja, tapi tonjolin juga sifat ramahnya!



Sampai akhirnya, ibu-ibu yang memeriksa bapak pun datang. Buset dah, gimana ya? Aku sebenarnya mau moles kalimatku ini dengan tidak vulgar, tapi, juju aja sih, ibuknya nggak ramah sama sekali! Serius deh! Jujur ibuk yang memeriksa bapak nggak ramah! Udah tau bapak sakit, eh masih aja dia “nyerocos pake mulutnya yang nyebelin” (sorry, aku udah nggak bisa nahan emosi ni sepertinya haha), dengan bilang dan neken bapak, kenapa nggak datang tadi pagi? Bukankah ini udah siang dan pendaftaran tutup?



Buseeeettt ibuk! Orang sakit mah kagak lihat jam yak! Emang situ mau, bapaknya tiba-tiba terserang penyakit, missal katakanlah jam 6 sore, terus nggak ada Puskesmas atau rumah skait yang mau kasih tindakan hanya gara-gara “SUDAH BUKAN JAM KERJA!” Ibuk mau nasib bapak Ibuk seperti itu?



Ya, sebagai manusia yang punya harga diri, tentu bapak saya bilang lah ya, kalau memang sakitnya baru terasa. Dan sungguh seandainya kalian mellihat ekspresi bapak saya siang itu, sudah tak bertenaga, tak bergairah, ahhhhhh! Tapi masih bisa saja tu ibuk nyeletuk dengan bilang, “Aku cuma bilang aja kok, Pak!”


Halo Ibuk, gue ngerti banget! Ibuk itu emang nggak mau kalah! Sebenarnya sehebat apa sih Anda!



Namun, sudahlah! Kalian tahu, apa? Alhamdulillah pada akhirnya ibuk-ibuk itu ramah pada bapak. Ibuk-ibuk itu juga menatapku saat menasihati bapak untuk ini-itu. Aku jadi ingat, dengan orang yang aku gertak di meja pendaftaran tadi. Mereka sama sekali tidak marah. Iya, mereka tidak marah sempatku gertak seperti tadi. Malah mereka yang menuntun kami sampai akhirnya bapak mendpaat tindakan. Iya, aku yakin. Mereka semua melihat tingkahku yang “memang belum begitu dewasa” ini dengan pandangan lain. Mereka tidak melihatku sebagai seorang perempuan yang suka merajuk dan mengamuk. Mereka justru melihatku sebagai seorang anak yang saking sayangnya pada sang bapak, sampai akhirnya terpaksa marah-marah seperti tadi.



Oke guys, kalian tahu apa tujuanku menulis ini? Aku hanya ingin menyampaikan pengalamanku yang kurang menyenangkan dengan yang namanya petugas Puskesmas. Kalian tahu, terakhir kali aku ke Puskesmas juga dalam keadaan marah-marah. Selang beberapa bulan atau beberapa tahun, Mas Dedi juga mendapati pengalaman yang kurang menyenangkan di Puskesma dari segi keramahan. Dan kali ini, aku kembali mendapatinya.


Aku bukan menyalahkan mereka. Jujur, aku menulis ini bukan untuk menyalahkan mereka. Aku justru mau berbagi sesuatu dengan kalian. Apa kalian pernah membayangkan, berapa gaji mereka? tidak banyak, percayalah! Guru, petugas medis, adalah profesi yang ‘sakral’. Tapi justru untuk profesi sepenting itu, mereka dibayar dengan upah rendah.



Aku mengundang kalian pada diskusi kecil. Bagaimana menurutmu tentang hal ini? Kalau aku boleh berpendapat, memang sih mereka dibayar dengan upah rendah. Namun, apakah respon dari kekecewaan itu berbentuk perlakuan yang tidak ramah dengan pasien? Mereka menumbalkan pasien atas kekecewaan yang seharusnya mereka tunjukkan pada pemerintah dan Negara.



Entahlah, kalau pendapatku sih, itu adalah urusan dunia medis dengan Negara. Tolong bedakan saja hubungan tersebut, karena di sini ada dua hubungan. Pertama hubungan dunia medis dengan negara. Kedua, hubungan dunia medis dengan masyarakat.



Dan aku bersukur, pada akhirnya mereka ramah dengan bapak.



Mungkin kalian bingung, tulisanku ini mau dibawa kemana sih?hahaha, sudah kukatakan, aku memancing diskusi di sini. Silahkan berpendapat terkait pengalaman dan pola pemikiranku ini :)

Selasa, 17 Juni 2014

ArtJog 14


             Selamat datang di kota seribu senyuman, kota yang menawarkan kenyamanan. Kota istimewa ini juga milikmu. Surganya para sastrawan. Istana bagi mahakarya para seniman. Selamat datang di Artjog 14. 
 
            #Selamat datang di Taman Budaya Yogyakarta. Selamat datang di sambung tali silaturahim SYTL


             * We are, SYTL!!! Welcome to our world!!! 
          Ini hanyalah sebagian kecil dari panitia SYTL. Kebetulan, cuma kami berempat yang sedang free tidak ada acara pada suatu sore di hari Minggu yang tiba-tiba mendung dan hujan itu. Sebagian dari kami pun, sudah meninggalkan Jogja. So, hanya beberapa saja yang masih di Jogja. Hanya beberapa saja yang tidak sedang beragenda di sore itu :)



* Makhluk luar angkasa ini baik. Mereka mau diajak kami berfoto ria.
Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014!


* Bintang di dinding, besar sekali!!! (Mengingatkanmu pada ost sinetron Bidadari)
Lihatlah dua bintang besar itu! Kami berdiri di depannya! Mimpi kami ada di sana! Perjuangkanlah! Buktinya, kami mampu meraih bintang di langit, dan meletakkannya di dinding, di belakang kami! Kami berdiri di depannya, bintang yang telah kami raih!


* Ternyata sekarang bukan buaya darat lagi ya, tapi buaya dinding!
Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014! 



* Bagaimana pendapatmu tentang mahakarya ini? Bisakah kamu membaca pesan yang terkandung di dalamnya? Makanya, datang dong ke ArtJog14! Masih sampai tanggal 22 Juni 2014 loh!


* Grafiti! Di sepanjang jalan Jogja memang banyak grafiti! Mereka juga mampir ke ArtJog 14 loh! 


* Seniman itu, update perkembangan zaman! Seniman itu, pandai membaca suasana di tengah masyarakat! Tak heran tahun ini, mereka membuat mahakarya semacam ini.

Itok, di antara 8 pilihan. Pilih yang mana ya?


Itok, di antara 4 pilihan. Pilih yang mana ya?


* Kalau kalian warga Jogja atau pernah berkunjung di Jogja, pasti kalian sering atau pernah mendapati ini di sepanjang jalan dan sudut!



* Bagaimana pendapatmu tentang mahakarya ini? Bagaimana pendapatmu tentang fotoku? haha


* Paling suka sama foto ini nih! Aku berdiri di antara dua maha karya, lukisan dua perempuan bercadar. Bagaimana pendapatmu tentang dua perempuan bercadar ini? Bagaimana pendapatmu tentang fotoku? haha


* Warna-warni Simfoni. Guys, kalian tak tergantikan. Pernah bersama kalian menyelenggara salah satu acara besar di UGM adalah salah satu kebanggan untukku! Masih berhubungan dan sering hang out bareng kalian pun, menjadi slaah satu kebangganku!


* Mahakarya dari uang seratus ribu.
Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014! 


* Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014!



* Bagaimana pendapatmu tentang mahakarya ini?
Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014!


* Bagaimana pendapatmu tentang mahakarya ini?
Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014! 


* Bagaimana pendapatmu tentang mahakarya ini?
Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014!


* Subhanallah! Seniman yang begitu luar biasa dalam mengagungkan suatu agama! Lihatlah, buah belimbing yang mirip dengan kitab suci Al-Quran! Subhanallah!


* Bagaimana pendapatmu tentang mahakarya ini?
Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014! 


* Pak Karno, pahlawan revolusi yang tak pernah terganti. Pak Karno aja mampir ke ArtJog 14, masak kamu enggak?


* Ini adalah slide. Saat berhasil diabadikan dalam foto, gambar yang tertangkap adalah pisau, garpu, dan tangan. Bagaimana pendapatmu tentang mahakarya ini?
Penasaran, siapa seniman di balik mahakarya ini? Datang dong ke ArtJog 14! Acara masih sampai tanggal 22 Juni 2014!




Tentu masih banyak lagi mahakarya dalam gelaran ArtJog 14. Penasaran? Tertarik? Bukan warga Jogja namanya, kalau belum berkunjung ke ArtJog 14! Bukan pecinta Jogja namanya, kalau belum berkunjung ke ArtJog 14! :D


Salam