Selasa, 31 Desember 2013

Hikmah Pantang Menyerah Part 2


 
 
PS: Untuk Abang yang membawakan pesan dari Borneo sana. Ketika sekali dua kali aku mendaki pegunungan, Engkau seringkali menerobos belantara hutan Kalimantan untuk menamkan logo BPN di perut bumi. Kita berada dalam dua persimpangan jalan yang sama sekali tak sama. Pastinya, setiap jalan yang dipilih adalah jalan yang terbaik. Oke, tulisan ini dimuat dalam kolom Cerma Minggu Pagi Kedaulatan Rakyat edisi 27 Desember 2013. Thanks alot untuk inspirasinya, My Brother Hadi Yuntarto

Menulislah, karena dengan tulisan, Engkau mampu merubah peradaban!

Kelak, tulisan akan menemukan peradabannya. Ia hadir di setiap jalan, sebagaimana tuannya mengarahkan. Menulis dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Menulis dapat dijadikan alat penguat untuk mempengaruhi orang lain. Menulis akan menyelamatkan mereka dari keterpurukan ilmu pengetahuan. Dan menulis, akan membuat pepatah yang mengatakan 'Buku Jendela Dunia', menjdi tidak sia-sia. Bukankah pepatah itu ada, karena adanya seorang penulis?

Aku menulis, membagi beragam pemaknaan hidup dari sepenggal perjalanan. Aku menulis, untuk mereka yang sudah menginspirasiku. Aku menulis, agar orang lain turut terinspirasi.
— bersama Hadi Yuntarto.
 
 

Kamis, 26 Desember 2013

Perkanalkan, namaku Itok! Si Ulat Kecil yang terus menerus bermetamorfosis



25 Desember 2013
Perkanalkan, namaku Itok! Si Ulat Kecil yang terus menerus bermetamorfosis



Halo, namaku Tri Puspitasari. Dari kecil aku dipanggil Ita. Namun, seiring pentahapan kehiduan yang aku jalani, sapaanku kian bervariasi. Ada yang memanggilku ikan teri waktu SMP. Tidak itu saja, waktu SMP aku juga dipanggil Kucing. Tahu kenapa? Karena namaku Tri, dibuat-buat jadi Teri. Karena namaku Puspita, maka mereka memanggilku Pussssssssssss, seperti memanggilku kucing. Alhasil, jadilah nama sapaanku Kucing.

Memasuki SMA aku keluar dari masa kelam penamaan hewan itu. Aku memulai perkenalan dengan teman-teman SMA dengan menyebutkan nama panggilanku, Ita. Apa? Mereka tidak percaya. Mereka malah memanggilku Tri, Pus, dan, sampai akhirnya, semuanya kompak memanggilku, Ipuz (perhatikan ini: Tr Ipus pitasari). Ya, setidaknya lebih berkemanusiaan dari pada jaman SMP yang berperikehewanan ya! Oke, kalo di kampus, mereka memanggilku, Itok! Ya, inilah aku! Itok, si ulat kecil yang terus menerus bermetamorfosis!

Itok seperti namanya, Tri! Dia anak ketiga dari tiga bersaudara. Itok adalah senjata pamungkas bagi kedua orang tuanya! Ia dibesarkan di keluarga yang menjunjung prinsip kesederhanaan! Maka inilah Itok, apa adanya! Tidak usah dibuat-buat, dikurangi, apalagi ditambah hingga akhirnya harus berubah seperti rangers kuning!

Itok adalah mahasiswa yang menganut sistem strukturalis! Sejujurnya, ini bukanlah pilihan hari nurani! Hanya saja sifat pelupa yang sudah melekat dan mendarah daging, membuatku wajib menuliskan target-target hidup dalam jangka waktu yang runtut!





Itok, itulah kenapa ia anak terakhir. Seperti anak terakhir pada umumnya, manja, egois, sukar mengalah, dan macam-macamnya yang bisa Anda-Anda sekalian bayangkan untuk sifat anak terakhir! Etttt, tapi ingat perkenalanku di muka! Itok adalah si ulat kecil yang terus menerus bermetamorfosis! Untuk menjadi seekor kupu-kupu yang indah dan dissanjung banyak makhluk, bukankah si ulat melalui pentahapan-pentahapannya? Dan inilah aku, Itok! Selama masa metamorfosis yang tidak akan pernah menjadikan wujudku seperti kupu-kupu, aku selalu berbenah! Hingga akhirnya, keegoisanku dapat berkurang. Hingga akhirnya, aku dapat mengalah. Hingga akhirnya, insyaAllah semua menjadi lebih baik. Tahu ukuran lebih baik seperti apa?

Ukuran adalah bukti! Buktinya, selama ini orang-orang di sekitarku nyaman-nyaman saja dengan sikap dan tingkahku! Hahahhaha! Dan mereka, adalah, oang-orang yang insyaAllah baik dan kadar imannya tinggi! :)



Jika aku sudah baik seperti itu, kenapa aku masih menjasi si ulat yang bermetamorfosis dan tidak pernah menjadi kupu-kupu? Hahhaha, bukankah kita semua tahu, tidak akan ada manusia yang sempurna? Kesempurnaan hanya milik Allah semata!

Itok adalah si ulat yang menjejalkan dirinya dalam panggung komedi. Aku akan mengambil setiap sisi lucu dari kehidupan ini. Maka, Itok harus selalu ceria, penuh semangat, dan imut! Itok siap menebarkan bening semnagat bagi jiwa-jiwa mereka yang kering, penuh keluhan dan penyesalan! Karena Itok, suka yang lucu-lucu dan unyu-unyu :p

Akhirnya, Itok adalah orang yang tidak akan mengecewakan kepercayaan orang lain. Mereka percaya Itok akan menjadi penulis tersohor seperti Dewi Lestari, Andrea Hirata, dan Asma Nadia! Dan Itok, insyaAllah tidak akan membuat fans-fans Itok kecewa!  

Oke, mau tau apa lagi tentang Itok? Mungkin aku harus menceritakan tentang hal ini, siapa tahu kalian akan bertindak! Itok suka sekali makan coklat! Siapa tahu setiap liqo hari Jumat, kalian mau membawakan coklat untukku :)



Oya, Itok saat ini dalam tahap berlari, mengejar mimpi! Itok adalah pamungkas, yang mana aku harus berlari mengejar abang-abangku yang sudah menduduki singgasananya! Itok percaya, suatu saat nanti, Mamah Itok akan tersenyum bangga, bahkan melebihi senyum untuk abang-abanngnya Itok mungkin, insyaAllah! Itok akan meletakkan singgasana, di tempat tertinggi, di mana siapa pun makhluk yang bermukim di negeri korup ini, mampu melihatnya! Singgasana itu, insyaAllah akan tampak cerah di mata orang-orang yang suka mencerca bangsa ini juga! Apalagi kalau bukan menjadi penulis! Aamiin :)

Oke, cukup segini dulu ya deskripsi diri sendirinya, capek ngetiknya je! :p

Sabtu, 07 Desember 2013

Ketika Salah Satu Diantara Kita Akan Pergi



6 Desember

Pendakian Pertama, Lawu. Saat Nadhia membantuku membenahi rensel


Aku kembali menulis tentang dia. Seorang sahabat yang kini sudah seperti saudara sendiri. Hari ini kembali mata batin kami terikat. Saat ia hendak naik gunung, tanpa aku.

Seperti biasa aku bertendeng di kosnya yang merupakan mantan kamar kosku. Kuhabiskan waktu untuk menikmati fasilitas wifi dan juga menemaninya sebelum mendaki. Kami berdua melakukan pendakian bersama. Pendakian pertamaku, adalah pendakian pertamanya juga. Sudah dua kali kami mendaki. Meski kelompok pendakian kami selalu berbeda, tapi kami selalu didapati bersama. Dan kali ini, pendakiannya yang ketiga, akan dilakukan tanpa aku. Tanpa aku yang kini sibuk melahab proyek-proyek kepenulisan, proyek yang selama ini dan di masa depan kuidamkan.

Pendakian Pertama, Lawu. Pencapaian puncak Gunung untuk Kita Berdua


Dia sempat meninggalkanku sendiri di kamar untuk meminjami keperluan mendaki. Aku kembali berkutat dengan tulisan, sampai ia kembali. Waktu ternyata beranjak kian cepat. Tidak terasa sudah terdengar azan asar dan hari sudah sore. Rasanya sudah seharian telingaku mendengarkan keluhannya. Sayangnya, Nadhia hobi sekali mengeluh. Berkali-kali diamengatakan bahwa ia tak siap dan merasa pendakian ini terlalu dipaksakan. Dia sempat mengatakan, dia ragu dengan pendakian ini. Aku melihat dia tidak bersemangat dengan pendakian ini. Sempat pula ia berkata, bisajadi karena penmendakian kali ini tidak dilakuakn bersamaku. Hohohhoho , kami pun tertawa lepas.

Sudah waktunya bagi ia berkumpul dengan kelompok, dan aku pun sudah selesai dengan semua tulisan ini. Kami pun melangkah keluar bersama. Mungkin bisa dibilang kebetulan. Mungkin juga bisa dibilang ikatan batin yang kuat. Baru langkah kami sampai di lantai 2. Baru kami hendak mengambil helm dan keluar dari kos, hujan tiba-tiba turun. Awalnya, hujan ini hanya berbentuk gerimis, sampai akhirnya hujan deras pun tiba. Langkahnya terhenti, dan entah mengapa langkahku untuk pulang pun ikut terhenti.

Pendakian Kedua, Merbabu. Kita masih bersama, berdua

Dia kembali terus mengeluh. Dia terus menimbang-nimbang keputusannya, Di saat kebingungan mengganggu alam pikirnya, aku mendapat kabar dari Mas Risa bahwa tulisanku tidak bisa dibaca karena dalam format word 2010. Aku pun meninggalkan Nadhia, memberinya waktu untuk berpikir lagi. Segera aku naik ke lantai 3, mengganti format word dan mengirimnya ulang. Kembali aku bergelut dengan beragam urusan dalam dunia tulim menulis, sampai akhirnya, resmilah aku tergabung dalam keluarga besar re!media service!  Sampai akhirnya, Nadhia naik ke lantai 3 dan menyergahku.

Hujan sudah reda. Alam seakan membisikkan tanda-tanda pada kami bahwa kemungkinan besar merapi tak akan turun hujan malam ini. Tapi entah, Nadhia sudah memutuskan untuk tidak ikut serta dalam pendakian kali ini. Dia sudah mengatakannya pada Mas Barri. Mendengar keputusannya, kami hanya tertawa nyengir sambil bergurau. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk selalu melalukan pendakian bersama. Kalau ada salah satu dari kami tidak ikut, itu artinya tidak aka nada acara mendaki. Kita akan selalu melakukannya bersama, sama seperti melewati malam tahun baru bersama, semenjak kami memasuki dunia perkuliahan, sampai akhirnya kami akan hidup dnegan keluarga masing-masing.

Puncak Merbabu, Pencapian puncak tertinggi kedua, masih bersama, berdua

Kegiatan kami selanjutnya adalah, melanjutkan menikmati fasilitas kos ini. Youtube memutarkan trailer film yang sudah sering aku putar sampai Nadhia hafal, “Malaikat Tanpa Sayap”. Trailer selanjutnya adalah “Surat Kecil untuk Tuhan”. Trailer ini belum pernah kutonton sebelumnya. Merasa tertarik, Nadhia pun mendekat. Kami memelototi layar komputer milik Dek Nuri, berdua. Sampai akhirnya layar tersebut menyuguhkan film berjudul “Refrain”.

Sesekali aku memutar video lagu-lagu galau. Sampai akhirnya, kamar ini dibisingkan dengan lagu Voirra yang berjudul “takut”. Aku hanya iseng mengatakan pada Nadhia bahwa ia harus mendengarnya karena ini lagu terbaik sepanjang masa. Setelah kami dengarkan bersama-sama, ternyata lagu ini sangat pas untuk kejadian hari ini. Hhahaha, aku kembali iseng mengganti lirik menjadi:
“Aku takut, kamu pergi mendaki, kamu hilang di gunung, kamu sakit hipotermia karena kehujanan.  Aku ingin, Kau di sini… di sampingku… Selamanya” gelak tawa kami pun buncah, mengisis sekat-sekat kosong dalam kamar yang luasnya hampir sama dengan lapangan badminton ini.

Antara ngantuk dan lega. Merbabu dini hari. Selalu berdua


Hari ini, aku merasakan kedekatan dengan Nadhia melalui ikatan batin seperti ini lagi. Dulu, di hari ulang tahun pertamanya di Kota Pelajar, aku mengajaknya mbolang ke Kebumen. Sumpah waktu itu aku nggak tau kalo dia lagi ultah. Kok bisa pas ya? Hahahahha sejak saat itulah, aku merasa kehidupan kami di masa mendatang akan special. Wakakakka     

Minggu, 01 Desember 2013

Adam dan Hawa yang Dipenjarakan Waktu

 

Hai, Adamku!

Apakah kita bertemu hari ini?

Sedang apa dan di manakah Engkau saat ini?

Ahhh, semua masih misteri bukan?

Kita masih menyelami labirin kehidupan masing-masing

Ada sang waktu yang menanti kita

Sampai akhirnya semua mozaik kehidupan telah menyatu

Sampailah pada satu ujung yang akan mengeluarkan kita dari labirin bersamaan…

Mulaiulah kita menapaki labirin baru, berdua, denganmu sampai akhir nanti

 

 

Itu aku Adam, yang begitu mendapatimu akan kusungging senyum pertanda ketulusan

Kamulah Adamku dan hanya satu Adam bagiku

Karena akulah perempuan yang mengemban prinsip teguh seorang Hawa

Satu Hawa hanya bagi satu Adam di waktu yang begitu mulia

Tidak ada masa uji coba dengan beragam Adam bagi seorang Hawa

 

 

Namun, seorang Hawa sepertiku dapat lengah bila tidak dikuatkan aqidah

Di labirin yang penuh dengan kelokan itu, bermunculan sosok yang memperkenalkan diri sebagai Adam

Mungkin itu Engkau Adam, ataupun Adam bagi Hawa lain

Aku pun mencari tahu apakah itu adalah dirimu, Adam…

Dan Tuhan kita menjawabnya dengan begitu sempurna

Alam pun berproses mengikuti keteguhan hati yang paling suci

Kisah kasih asmara sesaat itu seketika kandas

Ohh Adam, itu memang bukan Engkau….

Sungguh aku tak mampu berkisah dengan sosok yang ternyata bukan Adamku

Karena akulah Hawa yang tidak memperlakukan Adam milik Hawa lain, sebagaimana aku memperlakukan Adamku, INSYAALLAH!

 

 

Semua hanya untukmu seorang, Adamku

Takkan kubuat Engkau cemburu dengan Adam milik Hawa lain

Takkan kubuat Engkau kecewa pada takdir Tuhan yang telah menggariskanku sebagai Hawamu, INSYAALLAH!

Untuk itu aku hanya akan kugenggam tanganmu saja

Untuk itu kuteguhkan hatiku untuk terus bersabar menunggumu

Untuk itu tak akan kulirik Adam lain di tengah labirin kehidupanku

Adam, aku akan menjadi Hawa paling mulia bagimu

Adam, dan Kau akan menjadi imam paling mulia untuk Hawa sepertiku

Semua akan indah, saat kita bertemu nanti di ujung labirin masing-masing

 

 

Bukan, Adamku!

Pertemuan kita bukan karena dua telunjuk di kepala yang bentuknya menyerupai antena dan mengatasnamakan sebagai radar neptunus

Bukan, Adamku yang mulia…

Kita akan bertemu karena Allah..

Al-Quranlah yang akan memberi petunjuk bagi kita menyelesaikan labirin masing-masing sampai saatnya kita bertemu dan memasuki labirin kita berdua

Di sanalah, Adamku

Saat telingamu menangkap lantunan kalimat suci

Saat itulah suaraku akan menuntunmu untuk menemukanku

Dan kusunggingkan senyum saat mendapati wajahmu yang kelelahan mencariku

Di sanalah, Adamku

Saat matamu menangkap peradaban kecil yang mendamaiakan

Di sanalah bocah-bocah kecil yang belum tergores tinta hitam zaman, tengah buncah tawanya dalam nada dan permainan

Di sana pula Engkau akan menemukanku tengah berbagi gelak tawa dengan bocah-bocah pewaris masa depan itu

Akan kuulurkan tanganku, Adam…

Kita bergandengan, berbagi gelak tawa bocah yang akan kita ajarkan bagaimana membumikan Alquran, bukan malah mengajarinya irama yang tak mengenal batas usia

 

 

Hai, Adamku…

Di sini, akulah Hawa yang berdamai dengan gejolak diri dan bersabar menunggu waktu

Akulah Hawa yang mempersiapkan diri sampai akhirnya kita bertemu dengan begitu mulia..

Pertanyaan kecilku, kira-kira sedang di mana Engkau saat ini?

Sedang apa Engkau saat ini?

Adakah Engkau berduka?

Ohhhh esok, tak akan kubiarkan sekali pun Engkau berduka, Adam…

Apakah Engkau kini tengah menggandeng Hawa miliki Adam lain?

Ahhh tidak!!!

INSYAALLAH Adamku tidak seperti itu!

INSYAALLAH semua akan kubuktikan saat di ujung labirin nanti :)

Di tempat yang entah terpaut berapa jengkal jaraknya ini..

Di waktu yang masih memenjarakan pertemuan kita

Mari bersabar sembari mempersiapkan diri

Esok semua akan indah

Esok semua akan menjadi lebih mulia :)

 

 

*Untuk seorang Adam yang  sabar kunanti