Rabu, 27 Maret 2013

Aku Seorang Pelacur


Pelacur ini, merupkan langganan dari orang-orang  berdasi. Pada akhirnya ia mati di tangan orang suruhan langganannya, karena dia selalu menanyakan makna kalimat yang ia temukan di dalam kertas lusuh saat perjalanan pulang. Kalimat itu adalah :

“Kau mencari Indonesia? Kau akan menemukannya di gubuk-gubuk para pemulung, di atas tadahan tangan para pengemis, di dalam irama rebana dan petikan gitar para pengamen yang meminta belas kasihan para tuan, atau di tongkat-tongkat para tunanetra.
“Kau mencari Indonesia? Kau akan menemukannya dalam perut rakyat yang meneriakkan kelaparan, dalam persekongkolan dan dalam pelacuran politik dan ekonomi, dalam permainan politik dan uang, dalam pertengkaran yang memalukan para wakil rakyat yang terhormat, dalam acungan pistol dan tetakan parang para pembunuh. Atau di rumah-rumah, mobil-mobil, hotel-hotel, vila-vila mewah para kaya. Juga di petak-petak kemiskinan dan kebatilan.
“Dalam sistem ekonomi yang bagaimana pelacur tetap menjadi pelacur, babu tetap menjadi babu, maling tetap menjadi maling, TKW tetap menghambakan diri kepada negeri asing. Atau dalam sistem politik yang bagaimana pelacur politik tetap menjadi pelacur politik, pelacur ekonomi tetap menjadi pelacur ekonomi, koruptor tetap menjadi koruptor, penipu tetap menjadi penipu, para yang mempersetankan dosa, tetap mempersetankan dosa, para pedagang perempuan tetap melakukan pekerjaan itu walau menghinakan perempuan sebagai ibu.” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar