Jumat, 21 Juni 2013

6 Juni 2013 (Ibu Aku Menangis)

Ibu, hari ini aku menangis. Aku tak mampu membendung air mata yang akhirnya mengucur deras keluar saat aku masih di kampus. Dalam radius sekitar 30 km dari rumah, dapatkah mata batinmu mendengarkan sesenggukan tangisku?
Hari ini aku menjadi pecundang Ibu. Aku merasa menjadi makhluk yang sangat mengecewakan Ibu. Ibu, oh ibu. Bahkan sejak kelahiranku, sebelum akhirnya aku bisa mengucapkan satu dua huruf, engkau sudah lebih dulu bangga padaku. Hanya kemampuan sekecil itu, seorang Ibu menjadi bangga. Lalu bukankah tidak ada manusia yang dilahirkan untuk menjadi makhluk yang mengecewakan.
Aku seperti berada di dalam batas kesabaranku Ibu. Lebih dari 21 tahun aku mendengar komentar mereka, semua orang yang berada di sekelilingku. Mengapa komentar mereka selalu seragam? Mengapa akhirnya aku dikenal sebagai Ita yang lemot Ibu? Mengapa aku berbeda dengan putra pertamamu, seorang anak yang membanggakan? Mengapa aku berbeda dengan kakakku?
Hari ini aku kecewa. Aku sedih dan berduka. Aku kecewa dengan teman-temanku yang teramat sering mengomentari kelemotanku. Bukan! Sejujurnya, aku lebih kecewa pada diriku sendiri! Apakah memang seperti inilah diriku? Apakah memang tidak ada yang bisa dilakukan untuk merubah diriku yang sepicik ini?
Aku lari menjauhi mereka semua Ibu. Aku menjauhi orang-orang yang tidak percaya bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bahwa tidak ada kata sempurna di dunia ini. Dengan berurai air mata aku berlari menjauhi mereka Ibu. Aku melepas jaketku, dan membenamkan isak tangisku di dalam sana. Di depan front offise aku bersamaan dengan isak tangis itu, batinku menjerit. Aku dipaksa keadaan untuk selalu mengingat kejadian hari ini. Bahwa nanti, saat aku telah menjadi penulis terkenal dan bermanfaat, pernah terjadi suatu duka di hari ini, 6 Juni. Aku semakin terisak Ibu. Dapatkah mata batinmu mendengar suara isak tangisku?
Dan ternyata aku butuh terus berbenah Ibu. Rupanya aku merasa tersakiti dengan perkataan seorang lelaki yang kasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar